20 Juli 2018

Suasan Disaat Santri/Wati Mulai Mondok


Darul Muttaqien - Bagi mereka yang sudah menjadi alumni, masa-masa menimba ilmu di pondok pesantren adalah masa-masa yang dirindukan. Mondok/nyantri di pesantren menjadi pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Pengalaman tersebut sangatlah berharga, dimana kita bisa mengingat betapa senangnya ketika berkumpul bersama teman-teman, mengaji, menghafal, mengantri, makan, mandi, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain bersama-sama. Dan salah satu yang paling tak terlupakan adalah momen ketika kita pertama kali masuk ke pondok pesantren menjadi santri. Sebagai santri baru yang masih lugu, banyak sekali kejadian yang dialami saat itu.

Lain halnya dengan apa yang akan dialami pertama kali ketika menjadi santri baru adalah lingkungan yang baru. Santri berpindah dari lingkungan yang lama (rumah) ke lingkungan yang baru yakni pesantren. Di komplek pesantren santri baru merasakan suasana yang berbeda. Ada yang sedang mengaji, solat berjama’ah, dan lain lain. Santri baru juga menempati kamar yang baru, sekolah baru, dapur baru, kantin baru (kalau ada). Dan tak sedikit santri baru yang kaget dengan kondisi dilingkungan pesantren. Santri baru akan bertemu dengan santri-santri baru lainnya. Orang-orang yang menjadi santri baru datang dari latar belakang yang berbeda dan mereka akan saling berkenalan satu sama lainnya. Mereka semua berkumpul dalam satu lingkungan yang sama. Setelah berkenalan, para santri baru akan belajar mengenal karakteristik, dan kebiasaan-kebiasaan dari teman-temannya tersebut. Ada juga yang pemarah, pendiam, nakal, berani, cengeng, rajin, dan iseng. Intinya para santri baru belajar beradaptasi dengan kondisi masyarakat pesantren yang multikultural.

Yang namanya pondok pesantren, pasti kegiatannya banyak. Sebagian pesantren malah sudah membuat jadwal kegiatan untuk para santri dari pagi sampai malam. Sudah tentu ini terjadi, karena di pondok pesantren, para santri ditempah agar menjadi orang yang berilmu, rajin beribadah, berkerja, belajar, dan ber-akhlakul karimah. Ada santri yang kegiatannya hanya mengaji dan membantu kyai, ada juga yang mengaji sambil sekolah. Santri yang sambil sekolah, paginya sampai siang digunakan untuk sekolah formal kemudian dari sore sampai malam digunakan untuk mengaji, dengan begitu jadwalnya menjadi padat. Santri baru umumnya belum terbiasa dengan kondisi seperti ini. Mereka tidak biasa dengan jadwal yang padat. Dan mereka yang tidak kuat, akan tereleminasi dengan sendirinya, alias keluar. Tapi sebenarnya jika aktivitas padat dilakukan dengan sabar, santri akan terbiasa dan tahan banting (biasa capek).

0 komentar:

Posting Komentar